-->

sosmed footer

Recent Comments

Sifat Malas dan Iman seseorang

Sumber : Khadijahavicena
Definisi Iman
Al-Iman secara bahasa artinya adalah kepercayaan. Sedangkan secara istilah, iman adalah suatu keadaan yang didasarkan pada keyakinan dan mencakup segi-segi perkataan dan perbuatan. Yaitu perkataan hati dan lisan, serta perbuatan hati dan anggota badan. Perkataan hati adalah ilmu yang diyakini. Perbuatan hati, seperti niat yang ikhlash, kecintaan kepada Alloh Subhanahu Wata’ala takut kepada-Nya, tawakkal dan lainnya.

Perkataan lisan seperti dua kalimat syahadat, tasbih dan istighfar. Perbuatan anggota badan seperti sholat, haji dan lainnya.

Baca Juga:


Rukun Iman
Ketika Rosululloh _solallohu ‘alaihi wa sallam_ ditanya oleh malaikat Jibril ‘alaihi salam_ tentang arti Islam dan Iman, maka beliau menjawab bahwa arti Islam adalah rukun Islam yang lima (yaitu amal serta perkataan anggota tubuh dan lisan) dan arti iman adalah rukun iman yang enam (yaitu amal dan perkataan hati), yaitu:

1) Iman kepada Alloh _subhanahu wa ta’ala_
2) Iman kepada para malaikat,
3) Iman kepada kitab-kitab,
4) Iman kepada para rosul,
5) Iman kepada hari akhir,
6) Iman kepada al-qodar, baik dan buruknya dari Alloh _subhanahu wa ta’ala_

Rosululloh _solallohu ‘alaihi wa sallam_ bersabda:
"Iman itu adalah engkau beriman kepada Alloh, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rosul-Nya dan hari akhir, serta beriman kepada qodar (takdir) yang baik dan yang buruk.” (HR. Muslim No. 8; Tirmidzi No. 2613 dan Abu Dawud No. 4695.

Sifat malas merupakan sifat buruk yang harus dijauhi. Umat Islam harus menjadi orang yang rajin, produktif baik dalam urusan akhirat ataupun dunia.

Sifat malas bisa menjangkiti siapa saja, dan jika sifat malas tertanam dalam diri kita maka hal itu akan membuat kita menjadi binasa. Terlebih jika kita malas beribadah kepada Allah, sehingga kita harus bertekad kuat dan berdoa kepada Allah Subhanahu Wata'ala dari sifat tersebut.

*Do'a berlindung dari sifat malas*:
Anas bin Malik _rodhiyallohu ‘anhu_ berkata bahwa Rosulullah _sollallohu ‘alaihi wa sallam_ biasa membaca do’a:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

"Allohumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat._

Artinya :
(Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian).” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)

Iman bertambah dan berkurang
Iman bisa bertam-bah dengan ilmu (karena pada hakikatnya ilmulah materi yang dijadikan kepercayaan dalam hati) dan amal-amal sholeh, juga bisa berkurang dikarenakan perbuatan maksiat.

“Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turun-nya) surat ini?’’ Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gem-bira.” QS. at-Taubah (9): 124

Tingkatan orang beriman
Apabila iman bertambah dan berkurang, maka demikian pula keadaan orang-orang yang beriman, derajat keimanan mereka pun berbeda-beda.

Tidaklah sama derajat iman para rosul dengan selain mereka. Demikian pula derajat iman para sahabat dibanding iman orang-orang sesudah mereka, dan seterusnya. Perbedaan kekuatan dan derajat iman di antara orang-orang yang ber-iman menyebabkan berbedanya derajat mereka di akhirat kelak.

Dalam surat Faathir dijelaskan bahwa umat Muhammad dalam keimanan dan keberagamaan mereka terbagi atas tiga golongan, sebagaimana Alloh berfirman :

_"Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Alloh. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”_ Qs. Fa-thir (35): 32

Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas, bahwa umat Muhammad terbagi atas tiga derajat atau tingkatan, yaitu:

• _Zholimun linafsihi_ (orang-orang yang menganiaya diri-nya sendiri), yaitu orang-orang yang mempunyai batas minimal keimanan (masih dalam lingkaran iman), tetapi hanya mengerjakan sebagian dari kewajiban-kewajiban me-reka dan meninggalkan sebagian lainnya serta mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.

• _Muqtashidun_ (pertengahan), yaitu orang-orang yang pada umumnya mengerjakan semua kewajiban-kewajiban mereka dan meninggalkan semua hal yang dilarang, tetapi ter-kadang meninggalkan hal-hal yang mustahab dan menger-jakan apa-apa yang makruh.

• _Sabiqun bil khoirat_ (orang-orang yang berlomba dalam kebaikan), yaitu orang-orang yang mengerjakan hal-hal yang wajib dan hal-hal yang mustahab serta meninggalkan hal-hal yang haram dan makruh.

Dalam setiap tingkatan (dari tiga tingkatan tersebut), mereka pun memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda pula.

Note:
Untuk meningkatkan Iman tentu kita harus menjauhi sifat malas, karena sifat malas adalah sumber dari malapetaka. Jika di dalam diri seseorang sudah tetanam sifat malas, bisa dipastikan tingkat ke Imanan seseorang itu sangat lah rendah. jika sifat malas sudah hilang dalam diri kita tentu kita akan lebih sering lagi beribadah kepada Allah, dan minta ampunan kepada-Nya.

Sumber :
Hasmi. "Iman". diakses 23 juli 2017
Hasmi. "Berlindung dari sifat malas". diakses 23 juli 2017
Hasmi. "Iman bertambah dan berkurang". diakses 23 juli 2017

BERIKAN KOMENTAR ()