Sesuatu yang akan dihindari oleh semua orang adalah kegagalan. Dimana kegagalan merupakan sesuatu yang kita inginkan tetapi kita tidak bisa mencapainya.
Setiap orang tentu pernah memiliki kegagalan-kegagalan dalam kehidupannya, namun bukan tidak mungkin kegagalan itu bisa kita minimalisir. walaupun pada realitanya dibalik kesuksesan itu ada kegagalan.
Pada zaman sekarang ini banyak sekali orang yang hanya ingin kegagalan itu tidak pernah terjadi dalam kehidupannya. Namun dia tidak berfikir bahwasanya walaupun dia dapat mencegah kegagalannya yang sekarang, tetapi dia tidak pernah memikirkan bagaimana dengan generasi selanjutnya.
Mungkin tulisan ini sebuah kritikan untuk kita semua, baik pun itu bagi diri penulis sendiri.
Mungkin kita semua sering terlena akan kehidupan yang sudah kita miliki, baik itu kaya ataupun miskin. Jika kita semua sadar akan arti pentingnya kehidupan tentu kita tidka akan pernah mengalami kegagalan dalam kehidupan. dan juga kita tidak akan merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain.
Contoh saja dalam dunia bisnis, ketika kita berfikir kita lah yang market leader di dalam pasar. Tetapi kita lupa bahwasanya masih ada orang yang lebih baik dari diri kita sendiri. Dan juga kita lupa akan orang-orang yang tertindas akibat ulah kita yang tanpa sengaja mematikan usaha mereka.
Masih banyak hal yang harus kita perbaiki dalam kehidupan ini, baik itu dalam hal spiritual sampai bagaimana etika kita dengan sesama.
Dengan didorong oleh keinginan dipuji atas kesuksesan, kita juga sering lupa bahwasanya hal itulah yang nantinya dapat menyesatkan kita dalam tujuan hidup kita yang sebenarnya.
Mungkin tulisan ini merupakan tulisan yang agak membingungkan, tetapi penulis yakin dengan memahami isi dan maksud dari tulisan ini pasti kita semua akan sadar dari kesalahan-kesalahan yang sudah kita lakukan di masa lampau.
Akan kah lebih baik jika kita ingin sukses sekarang tetapi kita juga memikirkan generasi selanjutnya, bukan saja dari keluarga kita tetapi juga orang lain. Dibalik kesuksesan kita ada orang lain yang melatar belakanginya. layaknya sebuah gambar, kitalah yang menjadi gambar dan kanfasnya lah yang melatar belakanginya. tanpa adanya media yang melatar belakangi, tentu kita tidak dapat muncul menjadi sebuah gambar.
By Alber Andesko