-->

sosmed footer

Recent Comments

Mengenal Kamang Yang Merupakan Salah Satu Tempat Bersejarah Perang Padri dan Perang Kamang | Sumatera Barat


Kamang merupakan sebutan untuk dua kecamatan yang terdapat di Sumatera Barat, yaitunya Kecamatan Kamang Magek dan Kecamatan Tilatang Kamang. Kamang menyimpan banyak sekali sejarah yang mungkin tidak terlupakan, oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba menggali kembali sejarah di masa lalu.

Tujuannya tak lain adalah agar semua generasi penerus bangsa ini tak lupa dengan sejarah-sejarah yang ada di tanah air kita yang tercinta ini. Kalau kita lihat bagaimana generasi sekarang, kebanyakan dari mereka hanya berfokus untuk mensejahterakan hidupnya.

Sehingga membuat mereka lupa bagaimana perjuangan nenek moyang mereka di zaman dahulunya untuk menyatukan bangsa ini dan mengusir para penjajah.

Kita dapat melihat pada saat ini generasi muda hanya banyak berfokus untuk mendapatkan uang, setelah itu menjadi orang kaya dan mereka lupa bagaimana para pahlawan dahulunya mengorbankan nyawa demi kemerdekaan bangsa ini.

Perang Padri
Peperangan yang cukup terkenal di Sumatera Barat adalah Perang Kamang. Perang ini terjadi ketika selesainya Perang Padri yang mana ketika itu terjadinya perselisihan antara 2 kelompok. Kedua kelompok ini merupakan Masyarakat Minangkabau, dan merupakan sejarah yang kelam bagi orang minang.

Kelompok yang satu merupakan perkumpulan para ulama yang di juluki sebagai Kaum Padri, Sedangkan kelompok yang satu lagi di sebut dengan Kaum Adat.

Ketika itu seluruh masyarakat Minangkabau sudah memeluk agama Islam baik dari golongan Kaum Padri ataupun Kaum Adat. Namun ketika itu Kaum Adat masih memiliki kebiasaan-kebiasaan lama yang bertentangan dengan ajaran Agama Islam.

Seperti perjudian, sabung ayam, minum-minuman keras dan banyak lagi yang lainnya, yang mana kebaiasan buruk ini merupakan kebiasaan lama orang-orang Minangkabau sebelum semuanya mengenal agama Islam.

Inilah salah satu penyebab terjadinya Perang Padri, dimana ketika itu masyarakat adat enggan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka. Sehingga membuat perpecahan terjadi antara Kaum Padri dan Kaum Adat.

Tentu permasalahan ini juga dijadikan oleh orang-orang yang tidak menyukai agama Islam untuk membentur-benturkan antara aturan dalam adat dan agama Islam, dengan niat mereka agar terjadinya perpecahan di Minangkabau. Sampai sekarang hal ini pun masih saja terjadi, namun karena berkah Allah SWT orang-orang minang diciptakan sebagai orang-orang yang cerdik dan pintar.

Penulis pun berharap generasi penerus Minangkabau kedepannya juga tetap dapat menjaga kerukunan yang sudah terjalin sampai saat sekarang ini. Jangan sampai mau dipecah belah oleh orang-orang yang ingin menghancurkan adat Minangkabau dan Agama Islam.

Kembali ke cerita perang padri, perang ini terjadi dari tahun 1803 sampai tahun 1833. Ketika itu Kaum Padri dipimpin oleh Harimau Nan Salapan, dimana Harimau Nan Salapan ini merupakan kumpulan dari beberapa orang pemimpin yang ada diantaranya : Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, Tuanku Rao, Tuanku Tambusai, Tuanku Mansiangan, Tuanku Barumun, Tuanku Pandai Sikek, dan Tuanku Lintau.

Mereka-mereka yang di atas merupakan para pemimpin-pemimpin hebat yang berada di beberapa daerah di Minangkabau. Dan berdasarkan nama mereka jugalah pemberian nama daerah seperti daerah Lintau, Rao, Pandai Sikek dan yang lainnya.

Adapun pemimpin dari Kaum Adat adalah Yang Dipertuan Pagaruyung yaitunya Sultan Arifin Muningsyah. Pada tahun 1821 Kaum Adat merasa terpojok dan merasa akan mengalami kekalahan, sehingga Kaum Adat memutuskan untuk meminta bantuan kepada Belanda.

Dan ketika itulah petaka mulai terjadi, seperti kancil yang meminta tolong kepada harimau yang sedang kelaparan. Belanda yang sedang haus dengan kekuasaan menambah buruk keadaan, memang pada awalnya Belanda membantu Kaum Adat untuk memenangkan peperangan yang sedang terjadi.

Akan tetapi Belanda memiliki tujuan lain yaitunya menguasai wilayah Minangkabau. Ketika kaum Adat menyadari apa yang sedang direncanakan oleh Belanda. Nasi pun sudah menjadi bubur, ketika kaum adat mulai memberontak kepada Belanda dan bergabung kembali dengan Kaum Padri untuk mengusir Belanda tetap saja mereka mengalami kekalahan.

Hal ini terjadi karena Kaum Adat dan Kaum Padri sudah lelah karena berperang selama 30 tahun, ditambah lagi banyaknya pasukan kedua kaum tersebut yang berguguran. Tentu ketika mereka berperang dengan Belanda mereka tidak akan sanggup untuk melawan.

Itu semua sudah dipikirkan oleh pihak Belanda secara matang dan Belanda hanya butuh waktu yang pas kapan mereka menyerang. Matangannya strategi yang mereka buat itulah yang menjadi kunci kemenangan Belanda ketika itu.

Perang Kamang
Setelah berhasilnya belanda menguasai Minangkabau tentu segala aturan yang ada mereka lah yang menentukan. Sampai pada tahun 1908 terjadinya ketidak adilan dalam aturan yang dibuat oleh Belanda.

Dimana ketika itu terjadinya penerapan pajak yang diluar batas kemampuan masyarakat. Sehingga masyarakat Kamang memutuskan untuk melawan pemerintahan Belanda ketika itu.

Sebenarnya kenaikan penerapan pajak terjadi karena melemahnya perekonomian dunia ketika itu. Yang menyebabkan penjualan hasil bumi Indonesia yang di bawa keluar negeri oleh belanda banyak yang tidak terjual.

Untuk mensiasati hal tersebut, Belanda memutar otak demi kesenangan diri sendiri mereka memutuskan beberpa hal:

  1. Menaikan harga barang yang mereka jual
  2. Memperluas lahan untuk menanam tanaman seperti kopi cengkeh dan lain-lain
  3. Menghapus kerja paksa dan menggantinya dengan pemungutan pajak yang tidak sesuai dengan kemampuan masyarkat.
Hal ini lah yang membuat pecahnya peperangan atara masyarakat Kamang dengan Belanda.

Pemimpin pada saat perang Kamang adalah Muhammad Saleh Datuak Rajo Pangulu atau dikenal dengan Rajo Pangulu.

Ketika itu Rajo Pangulu mengajak beberapa pemimpin lain untuk memperkuat kekuatan ketika berperang. Diantaranya seperti: Haji Abdul Manan yang berasal dari Bukittinggi, Datuak Parpatiah dari Magek dan beberapa tokoh lainnya.

Namun yang terjadi ketika itu walaupun Rajo Pangulu sudah mengajak beberapa tokoh-tokoh penting, kekalahan di peperangan juga tidak dapat dihindari. Kecanggihan teknologi tentara Belanda ketika itu membuat pasukan Rajo Pangulu dengan mudah ditumbangkan. Ditambah lagi dengan strategi yang dibuat pihak Belanda sangat baik, sehingga seluruh pasukan Rajo Pangulu dan bahkan Rajo Pangulu pun gugur di medan pertempuran.

Kemudian para syuhada yang telah gugur di medan pertempuran itu dimakamkan di dekat Masjid Taluak. Makam tersebut lalu diresmikan menjadi makam pahlawan oleh Jendral A.H. Nasution sebagai mengenang jasa dari para pahlawan Kamang yang telah gugur tersebut.

Selain itu, Jendral A.H Nasution juga membuatkan tugu yang terletak di Koto tangah yang merupakan tempat terjadinya peperangan dan di Simpang Pintu Koto.


Sumber:
wawancara dengan para orang tua
sejarahlengkap "Sejarah Perang Kamang di Sumatera Barat" diakses 21 Januari 2018
BERIKAN KOMENTAR ()